Kabupaten Bogor memiliki potensi pariwisata yang sangat besar, salah satunya melalui pengembangan Geopark Nasional Pongkor. Kawasan ini menawarkan keindahan alam yang memukau serta nilai sejarah yang kaya, menjadikannya sebagai salah satu tujuan wisata yang menarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.
Berdasarkan karakteristik geologi dan kondisi topografi yang unik, Geopark Pongkor dibagi menjadi empat klaster geologis: Pongkor, Tenjolaya, Leuwiliang, dan Parung. Setiap klaster memiliki ciri khas tersendiri yang menyajikan pengalaman berbeda bagi pengunjung.
Pengelola Geopark Pongkor, Dedeng Abdillah, menjelaskan pentingnya tiga unsur utama dalam pengembangan Geopark ini, yaitu Geodiversity, Biodiversity, dan Cultural Diversity.
“Kalau Geopark Information Center itu salah satu bentuk keresahan dari masyarakat, sehingga menimbulkan respon dari pemerintah dengan membuat salah satu untuk menciptakan solusi dari keresahan tersebut,” ucapnya saat diwawancarai tim El John Media di The Highland Park Resort & Hotel, Bogor, Minggu (29/9/2024).
“Jadi awalnya Pongkor ini merupakan tambang emas yang ditambang secara illegal dan memakan korban saat itu. Jadi ini sebuah keresahan yang harus diedukasi oleh pemerintah dan akhirnya pemerintah membuat Geopark Pongkor,” sambungnya.
Geopark Pongkor meliputi 15 kecamatan seluas 130.154 hektar yang bersentuhan langsung dengan kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Dari total 40 kecamatan, 15 kecamatan inilah yang memenuhi tiga unsur tersebut.
“Ada beberapa destinasi wisata seperti Ciguha River, ada kawasan wisata Cikaret, dan segala macamnya yang dulu itu merupakan tambang-tambang emas liar dan sekarang dikelola oleh masyarakat. Itu adalah tujuan dari pemberdayaan pemerintah,” katanya.
Sementara itu, di Geopark Information Center juga terdapat Komunitas Geosentra (Geologi Seni Tradisional) yang juga berdiri berdasarkan keresahan dari masyarakat, terutama pelaku seni tradisional yang tidak memiliki wadah untuk mengekspresikan diri.
“Akhirnya kita bentuklah satu grup namanya Ngimpi Guligah. Kalau ngimpi itu mimpi, kalau guligah itu keresahan. Jadi keresahan untuk menghadirkan mimpi ini, menciptakan mimpi ini menjadi nyata. Akhirnya kita coba manfaatkan fasilitas dari pemerintah untuk mengekspresikan apa yang kita harapkan di seni-seni ini,” jelasnya.
Para tamu yang datang di Geopark Information Center ini juga bisa menyaksikan permainan alat musik tradisional seperti celempung, karinding, dan lainnya.
No responses yet